Sejarah gerakan Pramuka di Indonesia
Berawal dari masa kolonial Hindia Belanda. Cikal bakalnya dimulai pada tahun 1912, ketika latihan kepanduan pertama kali diselenggarakan di Batavia sebagai bagian dari Nederlandsche Padvinders Organisatie (NPO). Hanya dua tahun berselang, cabang ini mandiri dan berganti nama menjadi Nederlands-Indische Padvinders Vereeniging (NIPV), atau Persatuan Pandu-Pandu Hindia Belanda.
Meskipun awalnya didominasi oleh keturunan Belanda, semangat kepanduan dengan cepat menjalar ke kalangan pribumi. Pada tahun 1916, Mangkunegara VII di Solo memprakarsai berdirinya organisasi kepanduan bumiputera pertama, Javaansche Padvinders Organisatie. Sejak saat itu, berbagai organisasi pandu dengan corak yang beragam mulai bermunculan, baik yang berbasis agama maupun kebangsaan, seperti Hizbul Wathan, Nationale Padvinderij, Syarikat Islam Afdeling Pandu, Kepanduan Bangsa Indonesia, dan banyak lainnya.
Perkembangan gerakan kepanduan ini begitu pesat hingga menarik perhatian tokoh kepanduan dunia. Pada Desember 1934, Bapak Pandu Sedunia, Lord Baden-Powell, bahkan menyempatkan diri berkunjung ke Batavia, Semarang, dan Surabaya. Semangat kepanduan Indonesia semakin diakui di kancah internasional ketika para pandu Tanah Air turut serta dalam Jambore Dunia 1937 di Belanda.
Lahirnya Gerakan Pramuka dan Penetapan Hari Pramuka 14 Agustus
Tonggak sejarah penting menuju peresmian Gerakan Pramuka dimulai pada 9 Maret 1961, ketika nama “Pramuka” diresmikan sebagai Hari Tunas Gerakan Pramuka. Pembentukan Gerakan Pramuka kemudian dipertegas melalui Keputusan Presiden Nomor 238 Tahun 1961 pada 20 Mei 1961. Tidak berhenti di situ, pada 20 Juli 1961, seluruh organisasi kepanduan di Indonesia menyatakan ikrar untuk bersatu dan bergabung menjadi satu Gerakan Pramuka yang solid.
Puncak dari seluruh proses panjang ini terjadi pada 14 Agustus 1961. Pada hari yang bersejarah ini, Gerakan Pramuka secara resmi diperkenalkan kepada masyarakat luas melalui sebuah upacara akbar di Istana Negara. Dalam kesempatan itu, Presiden Soekarno secara simbolis menyerahkan Panji Gerakan Pramuka kepada Sri Sultan Hamengku Buwono IX, yang kemudian diangkat sebagai Ketua pertama Kwartir Nasional.
Sejak momen monumental itulah, tanggal 14 Agustus setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Pramuka. Hari ini dirayakan oleh seluruh anggota Pramuka di Indonesia sebagai momentum lahirnya sebuah gerakan pendidikan kepanduan yang bersifat nasional, tunggal, dan terbuka, serta bertekad untuk membentuk generasi muda yang tangguh, mandiri, dan berkarakter Pancasila.
Sumber : Pramuka.go.id, detik.com